Anak Muda Digital: Cenderung Lebih Pemalu dari yang Diduga

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan fakta menarik mengenai anak muda digital, khususnya Generasi Z (Gen Z), yang ternyata memiliki kecenderungan lebih pemalu dibandingkan generasi sebelumnya. Temuan ini menantang persepsi umum bahwa Gen Z adalah generasi yang selalu berani berekspresi secara terbuka, terutama di ranah daring. Namun, di balik aktivitas digital yang masif, mereka justru menunjukkan tingkat kecanggungan yang lebih pemalu dalam interaksi tatap muka di dunia nyata.

Riset ini melibatkan analisis mendalam terhadap perilaku sosial dan komunikasi ribuan responden dari berbagai kelompok usia. Hasilnya secara konsisten menunjukkan bahwa Gen Z, yaitu mereka yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, memiliki preferensi yang kuat terhadap komunikasi digital. Mereka cenderung merasa lebih pemalu ketika dihadapkan pada situasi sosial yang spontan, seperti berbicara di depan umum, melakukan presentasi, atau memulai percakapan dengan orang asing secara langsung.

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab mengapa anak muda digital ini cenderung lebih pemalu. Salah satunya adalah paparan intensif terhadap media sosial dan platform komunikasi daring sejak usia dini. Lingkungan digital memungkinkan mereka untuk mengontrol citra diri, menyaring informasi, dan memikirkan setiap respons sebelum dikirim. Hal ini berbeda dengan interaksi tatap muka yang menuntut spontanitas dan kemampuan membaca isyarat non-verbal, yang mungkin kurang terasah. Selain itu, tekanan untuk tampil sempurna di media sosial juga dapat meningkatkan kecemasan sosial, membuat mereka lebih rentan merasa lebih pemalu di luar dunia maya. Pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi langsung selama periode krusial perkembangan sosial juga disinyalir turut memperparah kondisi ini.

Sebagai contoh, pada hari Kamis, 15 Mei 2025, pukul 11.00 WIB, dalam sebuah seminar daring tentang psikologi remaja yang diselenggarakan oleh Asosiasi Psikolog Indonesia, peneliti utama, Dr. Retno Sari, menyatakan bahwa “Anak muda digital tumbuh dengan interface yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka sangat fasih dengan layar, namun kurang terbiasa dengan kompleksitas interaksi non-verbal, sehingga wajar jika mereka cenderung lebih pemalu dalam situasi sosial yang menuntut keterampilan tersebut.”

Pemahaman terhadap karakteristik ini sangat penting bagi para pendidik, orang tua, dan pemimpin perusahaan. Dengan menyadari bahwa anak muda digital cenderung lebih pemalu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih suportif. Program-program yang mendorong interaksi langsung, aktivitas kolaboratif, dan pelatihan keterampilan komunikasi non-verbal dapat membantu mereka mengatasi kecanggungan dan berkembang menjadi individu yang lebih percaya diri di dunia nyata, tanpa menghilangkan keunggulan mereka di ranah digital.