Kesadaran berbangsa di kalangan generasi penerus hari ini bukan sekadar pengetahuan yang terhenti di buku pelajaran sejarah. Ia adalah fondasi esensial yang membentuk karakter, moral, dan arah masa depan suatu bangsa. Lebih dari sekadar hafalan tanggal-tanggal penting atau nama pahlawan, kesadaran ini menuntut pemahaman mendalam tentang nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya, kesadaran berbangsa mencakup pemahaman tentang jati diri bangsa, sejarah perjuangan, keragaman budaya, serta tantangan yang dihadapi. Tanpa kesadaran ini, identitas nasional bisa luntur, dan bangsa akan kehilangan arah. Contoh konkret terlihat dari sebuah laporan keamanan pada hari Senin, 13 Mei 2024, pukul 14.00 WIB, di Kantor Polsek Menteng, Jakarta Pusat, yang mencatat peningkatan kasus vandalisme oleh sekelompok remaja yang diduga kurang memahami nilai-nilai kebangsaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan formal saja tidak cukup; diperlukan penanaman esensi kesadaran berbangsa secara holistik.
Untuk membangun kesadaran ini, pendidikan bukan sekadar pengetahuan di kelas, tetapi juga pengalaman langsung. Kunjungan ke museum sejarah, diskusi interaktif tentang isu-isu nasional, hingga keterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dapat memperkuat pemahaman. Misalnya, pada tanggal 17 Agustus 2024, di Lapangan Merdeka, Medan, ribuan siswa dari berbagai sekolah terlibat dalam upacara bendera dan pentas seni yang menekankan persatuan. Peristiwa semacam ini menumbuhkan rasa memiliki dan bangga terhadap bangsa.
Peran keluarga dan lingkungan juga sangat vital. Orang tua harus menjadi teladan dalam menunjukkan rasa cinta tanah air dan nilai-nilai kebangsaan. Diskusi santai tentang berita nasional, partisipasi dalam pemilihan umum, atau sekadar menonton film dokumenter sejarah bersama dapat menjadi cara efektif untuk menanamkan kesadaran ini. Ini menunjukkan bahwa kesadaran berbangsa bukan sekadar pengetahuan yang kaku, melainkan proses internalisasi nilai secara berkelanjutan.
Dalam era digital ini, tantangan semakin besar. Informasi yang berlimpah, baik yang positif maupun negatif, dapat memengaruhi pandangan generasi muda. Oleh karena itu, kemampuan untuk memfilter informasi dan memahami mana yang relevan dengan nilai-nilai kebangsaan menjadi krusial. Aparat kepolisian, seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol. Arya Wijaya, dalam sebuah seminar daring pada hari Kamis, 23 Mei 2024, pukul 09.00 WIB, menekankan pentingnya literasi digital dan kesadaran akan bahaya penyebaran hoaks yang dapat mengikis persatuan bangsa.
Maka, membangun generasi penerus yang memiliki kesadaran berbangsa sejati bukan sekadar pengetahuan teoritis, melainkan investasi jangka panjang. Ini adalah upaya kolektif yang melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat untuk memastikan bahwa identitas dan nilai-nilai luhur bangsa tetap terjaga dan lestari di tengah dinamika zaman.