Dengan Generasi Alfa yang akan segera memasuki usia remaja, sorotan kini beralih pada Generasi Beta, mereka yang diperkirakan lahir mulai tahun 2025 dan seterusnya. Dunia yang akan mereka tinggali akan sangat berbeda dari generasi sebelumnya, dan penting bagi kita untuk membuat prediksi gaya hidup serta memahami dampak teknologi yang akan membentuk mereka. Generasi ini diperkirakan akan menjadi saksi dan pelaku utama integrasi teknologi yang lebih dalam dalam setiap aspek kehidupan.
Salah satu prediksi gaya hidup utama Generasi Beta adalah adaptasi mereka yang luar biasa terhadap kecerdasan buatan (AI) dan teknologi imersif. Jika Generasi Alfa terbiasa dengan layar sentuh, Generasi Beta mungkin akan berinteraksi dengan AI melalui antarmuka suara yang lebih canggih, augmented reality (AR) yang terintegrasi di kacamata pintar, atau bahkan pengalaman virtual reality (VR) yang nyaris tak terbedakan dari dunia nyata. Pendidikan mereka mungkin akan didukung oleh tutor AI yang dipersonalisasi, dan mereka akan terbiasa bekerja sama dengan algoritma cerdas dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah laporan dari perusahaan riset teknologi global pada April 2025 memperkirakan bahwa 80% dari rumah tangga di negara maju akan memiliki setidaknya satu asisten AI canggih pada tahun 2035, yang akan sangat memengaruhi tumbuh kembang Generasi Beta.
Dampak teknologi pada Generasi Beta juga akan terlihat pada aspek sosial dan profesional. Komunikasi mungkin akan semakin hyper-personal melalui avatar atau hologram. Pekerjaan yang mereka tekuni mungkin banyak yang belum ada saat ini, menuntut keterampilan adaptasi, kreativitas, dan kemampuan berkolaborasi dengan AI. Tantangannya adalah bagaimana mereka akan menjaga keseimbangan antara dunia fisik dan digital, serta isu-isu etika dan privasi data yang semakin kompleks. Prediksi gaya hidup mereka juga mengarah pada peningkatan kesadaran akan isu-isu global, didorong oleh akses informasi yang tak terbatas dan konektivitas global yang lebih kuat.
Pemerintah, industri, dan keluarga perlu mulai memahami prediksi gaya hidup ini untuk mempersiapkan lingkungan yang kondusif bagi Generasi Beta. Pendidikan harus berfokus pada pengembangan soft skills yang sulit digantikan AI, seperti pemikiran kritis, empati, dan inovasi. Infrastruktur digital harus kokoh dan etika penggunaan teknologi harus menjadi bagian integral dari pembelajaran. Pada sebuah forum diskusi tentang masa depan demografi yang diselenggarakan di Singapura pada 10 Juni 2025, para futuris menyoroti bahwa Generasi Beta memiliki potensi besar untuk menjadi generasi paling inovatif, asalkan lingkungan mereka mendukung pertumbuhan yang seimbang. Dengan memahami prediksi gaya hidup dan dampak teknologi, kita dapat menyambut Generasi Beta dengan persiapan terbaik.