Terlalu Sering Pakai Sosmed Gen Z Timbulkan Kecemasan

Penggunaan media sosial yang berlebihan di kalangan Generasi Z (Gen Z) semakin menjadi perhatian serius. Kebiasaan menghabiskan waktu berjam-jam di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter terbukti dapat timbulkan kecemasan dan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Fenomena ini menjadi sorotan berbagai pihak, mulai dari psikolog hingga pengamat sosial, yang melihat adanya korelasi kuat antara intensitas penggunaan media sosial dengan peningkatan kasus kecemasan di kalangan anak muda.

Salah satu mekanisme utama mengapa media sosial dapat timbulkan kecemasan adalah melalui perbandingan sosial yang konstan. Gen Z seringkali terpapar pada konten yang menampilkan kehidupan normal dan pencapaian yang luar biasa dari teman sebaya maupun influencer. Paparan ini dapat memicu perasaan tidak cukup, rendah diri, dan akhirnya timbulkan kecemasan terkait status sosial dan pencapaian pribadi. Sebuah survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Oxford pada tanggal 10 November 2024, melibatkan 600 responden Gen Z di wilayah London, menunjukkan bahwa 72% responden merasa cemas atau tidak aman setelah melihat postingan orang lain di media sosial.

Selain itu, tekanan untuk selalu terhubung dan merespons notifikasi secara instan juga dapat timbulkan kecemasan. Gen Z seringkali merasa wajib untuk selalu online dan tidak ingin ketinggalan tren atau informasi terbaru. Kehilangan momen atau tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan di media sosial dapat memicu Fear of Missing Out (FOMO) yang berkontribusi pada perasaan cemas dan tertekan. Dalam sebuah seminar daring yang diselenggarakan oleh Yayasan Kesehatan Jiwa Remaja pada hari Kamis, 15 Januari 2025, seorang psikolog anak dan remaja, Dr. Emily Carter, menekankan bahwa tekanan untuk selalu aktif di media sosial dapat mengganggu ritme kehidupan yang sehat dan memicu stres kronis.

Lebih lanjut, algoritma media sosial yang dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna seringkali menyajikan konten yang memicu emosi, termasuk rasa cemas dan takut. Paparan terhadap berita negatif, perdebatan sengit, atau konten yang bersifat provokatif dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan mempengaruhi suasana hati secara keseluruhan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Studi Media Digital Universitas Cambridge pada tanggal 28 Februari 2025, ditemukan adanya peningkatan signifikan dalam laporan gejala kecemasan di kalangan Gen Z setelah mereka terpapar pada konten polarisasi di media sosial selama lebih dari 2 jam dalam sehari.

Untuk mengatasi dampak buruk media sosial yang dapat timbulkan kecemasan pada Gen Z, penting adanya kesadaran diri, pembatasan waktu penggunaan media sosial, dan pengembangan strategi coping yang sehat. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental juga memegang peranan krusial dalam membantu Gen Z menavigasi dunia digital dengan lebih bijak dan menjaga kesehatan mental mereka.